Hasil Quick Count Pramono-Rano Unggul di Pilkada Jakarta, Menang Satu Putaran?

“Pemungutan suara di Pilkada serentak 2024 telah berakhir. Hampir tak ada gejolak berarti, situasi ini perlu diapresiasi, namun evaluasi tetap perlu dilakukan. Sejauh mana pemilih bisa memilih dengan bebas, sejauh mana aparat penegak hukum bersikap netral, suara-suara miring itu sayup-sayup masih terdengar. Kebebasan dalam memilih dan netralitas aparat itulah salah satu esensi penting demokrasi,”

Proses pemungutan suara Pilkada serentak di Indonesia sudah selesai dilakukan, Rabu (27/11/2024). Kurang lebih 270 juta orang di seluruh Indonesia terdaftar sebagai daftar pemilih tetap di Pilkada yang digelar serempak di 37 provinsi dan 415 kabupaten serta 93 kota ini.

Meski proses perhitungan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) masih berjalan, namun sejumlah lembaga survei telah mengeluarkan hasil hitung cepat (quick count) untuk pilkada di sejumlah daerah, terutama untuk daerah-daerah besar dan terjadi menjadi perhatian publik, seperti provinsi-provinsi di Pulau Jawa.

Misalnya Pilkada Jakarta, pasangan Pramono Anung-Rano Karno yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) unggul dari dua pasangan lainnya. Selisih perolehan suara dengan paslon yang ada di urutan kedua juga cukup signifikan.

Misalnya, mengacu hasil hitung cepat yang dikeluarkan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 27 November pukul 18.30 WIB, pasangan Pramono-Rano memeroleh 50,12 persen suara, di posisi kedua RK-Suswono tertinggal jauh di 39,27 persen, dan terakhir ada Dharma-Kun dengan perolehan 10,6 persen suara.

Adakah hasil sementara ini sesuai dengan prediksi para pihak yang berkompetisi?

Sejumlah tokoh hadir di program Satu Meja The Forum Kompas TV edisi Spesial Pilkada dengan tema “Serentak Menerima Mandat Rakyat” untuk membahas jalannya pilkada 2024, termasuk Pilkada Jakarta.

Melihat Pramono-Rano unggul cukup jauh di Jakarta, Politisi PDIP Deddy Sitorus mengaku bahagia, karena Pilkada terjadi tanpa adanya pertumpahan darah. Ia juga menyinggung perkataan kontroversial politisi Partai Gerindra Maruarar Sirait.

Ara, begitu sapaan Maruarar, dalam sebuah kampanye menyampaikan endorsement yang diberikan Anies Baswedan pada pasangan Pram-Rano bisa menyebabkan berkurangnya pemilih non-muslim untuk pasangan dari partai banteng itu.

Pernyataan Ara itu pun kemudian dilaporkan seorang warga Jakarta Selatan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), karena dinilai mengandung SARA.

“Kita berterima kasih (pada Maruarar Sirait), karena kesombongannya melempar isu sara dan sebagainya akhirnya justru berbalik tuh bisa bertahan yang tadinya (Pramono-Rano) memang sudah unggul (dari RK-Suswono) sekitar 4 persen, ya antara 2 sampai 4 persen,” ujar Deddy.

“Kemudian hasilnya yang ada sekarang di kamar hitung kita itu (perolehan Pramono-Rano) antara 52 sampai 53 persen,” imbuhnya.

Atas hasil hitung cepat yang muncul, PDIP merasa pihak lawan saat ini tengah memainkan isu potensi dua putaran dan menganggap bahwa Pram-Rano belum tentu menang dalam satu putaran.

Benar saja, dugaan PDIP itu seolah menemui kebenarnya. Dalam forum yang sama, Ara memrediksi Pilkada Jakarta akan berlangsung dua putaran.

“Hitungan saya dua putaran, kedua yang menang RK. Saya sudah sampaikan indikator bisa lihat, ada juga kemungkinannya menurut saya dua putaran dan nanti putaran kedua menangnya RK,” kata dia.

Adapun aturan yang berlaku di Jakarta pasangan calon akan dinyatakan menenangkan pilkada apabila berhasil memeroleh suara 50 persen atau lebih dari 50 persen. Jadi, misalkan satu pasangan mendapat suara tertinggi namun prosentase masih di bawah 50 persen, mereka belum bisa dinyatakan sebagai pemenang dan harus dilakukan pemungutan suara ulang di putaran kedua.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengaku menghormati apapun hasil hitung cepat dari Pilkada Jakarta yang saat ini sudah banyak dimunculkan. Namun, ia masih menyimpan harapan bahwa Pilkada Jakarta akan berlangsung dua putaran dimana pasangan yang mereka usung, yakni RK-Suswono akan berhadap-hadapan dengan Pramono-Rano.

“Khusus terkait dengan Jakarta, saya kira dari berbagai lembaga survei telah menunjukkan bahwa masih dalam batas margin error apakah akan putaran pertama atau putaran yang kedua, dan tentu kita harus hormati itu juga. Kita tentu sebagai pendukung Ridwan Kamil dan pasangan Suswono berharap bahwa akan terjadi dua putaran,” sebut Ace.

Host Satu Meja Budiman Tanuredjo dan co-Host Frisca Clarissa.

Dari sisi lembaga survei, potensi pilkada satu atau dua putaran masih sama-sama terbuka dengan peluang yang sama besar. Hal ini misalnya disampaikan oleh Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Jayadi Hanan saat memaparkan hasil surveinya bersama co-host Satu Meja, Frisca Clarissa.

Dalam pemaparannya, Jayadi menjelaskan LSI mengambil sejumlah 1.000 sampel yang datanya sudah 100 persen masuk. Prosentase kesalahan atau margin of error dari data yang mereka olah adalah 0,54 persen.

Dari data hitung cepat yang LSI keluarkan, pasangan Pramono-Rano memeroleh suara 50,1 persen. Secara kuantitas mereka unggul dengan jarak yang signifikan dengan paslon di bawahnya, yakni 11 persen. Namun Pramono-Rano belum tentu bisa memenangkan Pilkada Jakarta dalam satu putaran.

“Bagaimana cara menghitungnya, kita fokus di angka 50,1 ini. 50,1 ini kan angka absolut yang diperoleh sekarang, tetapi kita enggak tahu berapa rilnya itu berada dalam rentang 50,1-0,54 sampai dengan 50,1+0,54. Jadi rentang suara Pramono-Rano itu sebetulnya adalah antara 49,58—50,64,” papar Jayadi Hanan.

Jika pada akhirnya hasil perhitungan KPU menyatakan suara Pramono-Rano ada di atas 50 persen, maka mereka akan keluar sebagau pemenang Pilkada Jakarta di putaran pertama. Sebaliknya, jika perolehan suaranya ada di bawah 50 persen, maka pertarungan ulang di putaran kedua harus mereka jalani.

“Jadi dengan begitu saya harus mengatakan bahwa kalau ditanya, lalu yang mana yang lebih mungkin satu putaran atau dua putaran? Ya dua-duanya mungkin, masih sangat mungkin. Karena masih dalam rentang margin of error ini. Dan disclaimer-nya adalah ini hasil hitung cepat, kita masih harus menunggu real count atau hasil hitung resmi,” jelas dia.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Bestian Nainggolan Peneliti Senior Litbang Kompas. Keunggulan Pramono-Rano masih ada di batas rentan, sehingga masih mungkin terjadi dua putaran.

“Apakah ini akan berlanjut kepada putaran kedua ataukah putaran satu? Saya pikir sama seperti apa yang LSI katakan tadi, ya kami tidak terlalu melihat ini menjadi sebuah keputusan final walaupun menantang, karena di dalam margin of error yang telah disebut tadi LSI sangat kecil 0,5 sementara kami 1 persen, menunjukkan posisi masih ada dalam batas rentang,” kata Bestian.

Berdasarkan data dari Litbang Kompas, Pramono-Rano mendapatkan 49,49 persen sementara RK-Suswono 40,02 persen.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *