Saat ini, Indonesia adalah negara yang wilayahnya terbentang dari Sabang di ujung barat hingga Merauke di ujung timur, Miangas di sisi paling utara hingga Rote di sisi paling selatan. Indonesia meliputi semua pulau dan kepulauan yang ada di antaranya. Kecuali bagian utara Pulau Kalimantan yang merupakan Malaysia dan Brunei Darussalam juga sisi timur Pulau Timor yang merupakan Timor Leste.
Tlmor Leste sendiri merupakan negara baru yang sebelumnya wilayah itu masuk menjadi bagian Indonesia dan dikenal sebagai Tmior Timur. Namun, TimTim lepas dari genggaman Indonesia pada 20 Mei 2002 setelah referendum kemerdekaan.
Wilayah Indonesia yang kita ketahui saat ini, wilayah Indonesia yang ada saat ini, akankah utuh dan bertahan di masa-masa yang akan datang? Atau peristiwa semacam Timor-Timur akan terulang sehingga wilayah Tanah Air kita akan kembali berkurang?
Akademisi yang juga mantan Rektor Universiras Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Komaruddin Hidayat mencoba menjawab pertanyaan itu dengan kacamata analisisnya.
Menurutnya, ke depan tidak akan ada wilayah di Indonesia yang lepas secara harfiah, disintegrasi sebagaimana Timor Timur yang benar-benar lepas dan merdeka menjadi Timor Leste.
Jika pun ada gejolak di Papua, dimana kerap terjadi pergolakan, ada kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM), namun itu pun dimaknai Komar bukan ingin merdeka atau lepas dari Indonesia dalam arti berpisah.
“Papua itu mereka tidak ingin lepas dari Indonesia, tapi ingin merdeka dalam pengertian kami ingin menikmati, menguasai wilayahku sendiri. Jadi mereka enggak mau merdeka dalam arti lepas dari Indonesia, satu,” jelas Komar.
Namun ada kemungkinan wilayah-wilayah di Indonesia akan “lepas” dalam arti yang lain.
“Indonesia bisa lepas dalam arti wilayahnya mungkin saja tidak lepa, tapi asetnya kekayaannya itu bisa saja sesungguhnya bisa mengalir ke luar, tersedot ke luar,” kata Komar dalam wawancara dengan Budiman Tanuredjo untuk podcast Back to BMD.
Melihat kondisi Indonesia hari ini, akademisi sekaligus penulis kolom di sejumlah media nasionlal itu melihat bahwa banyak kekayaan negara ini yang sudah mengalir ke luar negeri. Ia menyebut, darah yang semestinya mengalir di dalam tubuh sendiri, justru mengarah ke luar dari tubuh.
Dengan kata lain, rakyat Indonesia yang semestinya bisa makmur sejahtera karena kekayaan Tanah Airnya, kini jistru hanya bisa melihat kekayaan itu dinikmati oleh pihak lain.
“Sekarang ini pun walaupun Indonesia belum lepas, tapi aset-asetnya kalau itu banyak keluar sama saja sesungguhnya itu sudah lepas. Darahnya itu mestinya mengalir dalam tubuh rakyat Indonesia, tapi ternyata tersedot darahnya keluar,” ujarnya.
Itu adalah kemungkinan pertama soal apa yang akan terjadi pada Indonesia di masa depan. Kemungkinan kedua, Komar melihat secara kedaulatan Indonesia juga mungkin akan kehilangan sedikit demi sedikit wilayahnya di masa depan.
Hal itu ia sampaikan melihat poin-poin hasil pertemuan Presiden Prabowo dengan Presiden China Xi Jinping yang membahas soal Laut China Selatan.
Salah satu poin yang banyak dikhawatirkan adalah soal kedua negara yang mencapai kesepahaman mengenai pengembangan bersama di wilayah Laut China Selatan yang selama ini wilayah perairan tersebut memiliki klaim tumpang tindih dengan sejumlah negara di Asia Tenggara.
Poin kesepakatan antara Prabowo dan Jinping tersebut dikhawatirkan akan membuat Indonesia kehilangan sebagian wilayah perairannya yang ada di kawasan Laut China Selatan.
“Sebenarnyanya yang gelisah tidak hanya Indonesia, karena dampaknya pada negara-negara ASEAN kan,” kata pria kelahiran Magelang, Jawa Tengah itu.
Hal lain yang melarbelakangi pemikiran Komar soal potensi wilayah Indonesia berkurang di masa depan adalah kegiatan ekspor pasir laut Indonesia ke Singapura.
“Saya pernah jalan-jalan Singapura itu di Pulau Santosa dimana itu kan bumi Indonesia ya. Pulau Indonesia enggak lepas tapi tanahnya akan lepas satu-satu dan kemudian garis batasnya akan berubah,” kata Komar.
Ia melihat potensi Indonesia kehilangan pulau atau daratan akibat direbut oleh negara tetangga sebagai sesuatu yang kecil kemungkinan terjadi.
“Indonesia itu mengapa enggak lepas, karena negara tetangga kita itu manis-manis, enggak ada yang kurang ajar karena takut pada Indonesia. Jadi pertanyaan Anda, mungkinkah lepas? Ya mungkin saja, mungkin saja suatu saat,” Komar melanjutkan.
Suatu saat, tidak ada yang tahu persis kapan itu terjadi. Tapi komar meyakini tidak dalam waktu dekat ini. Presiden Prabowo pernah mengatakan di tahun 2030 Indonesia akan bubar, tapi Komar tidak sependapat dengan itu. Ia optimis, hingga 2030 Indonesia akan tetap utuh.
Hanya saja, ia melihat ada potensi Indonesia mengalami kondisi baru di beberapa generasi yang akan datang. Kondisi baru dimana emosi dan penghayatan atas etnis atau suku bangsa akan semakin kabur karena adanya perkawinan silang antar etnis.
“Sekarang ini terjadi namanya generasi hibrida. Hybrid generation. Saya punya istri lintas etnis, kemudian anak saya kawin dengan lintas lagi. Lama-lama sesungguhnya emosi etnisitas itu semakin kendor, kecuali etnis yang besar-besar itu masih,” kata Komar.
Saat ini, banyak generasi muda yang sudah tidak lagi berbicara dalam bahasa daerah, melainkan bahasa Indonesia bahkan bahasa Inggris. Bahasa lokal mulai tergerus zaman.
Ini terjadi akibat perkawinan antar etnis di Indonesia. Ke depan, bukan tidak mungkin perkawinan antar ras yang akan makin banyak terjadi. Jika perkawinan antar etnis menipiskan emosi etnisitas, maka perkawinan antar negara bisa menyebabkan menipisnya rasa keindonesiaan generasi-generasi yang akan datang.
Leave a Reply