“Ada bahasa ‘ini semuanya pada sayang sama Bu Airin, kayaknya harusnya Golkar sama Bu Airin’. Jadi semua pada nelponin saya, support, ‘go ahead’ katanya, ‘with or without Golkar you jalan’, kata-kata senior-senior di Golkar kan seperti itu….”
Mantan Walikota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany saat ini resmi terdaftar sebagai salah satu calon gubernur Banten, berpasangan dengan Ade Sumardi.
Pasangan Aras (Airin-Ade Sumardi) ini didukung oleh 7 partai politik, dua di antaranya adalah Golkar dan PDI Perjuangan.
Ada yang menarik dari pencalonan Airin di Banten. Airin yang merupakan kader Golkar, justru terlebih dahulu mendapat dukungan dari PDI P untuk berlaga di Pilkada Banten tahun 2024. Sementara Golkar yang merupakan “rumah” Airin, pada saat itu masih mengusung pasangan Andra Soni-Dimyati Natakusumah untuk Provinsi Banten.
Selang berjalannya waktu, terjadi perubahan sikap pada Golkar hingga akhirnya dukungan politik diberikan kepada Airin-Ade.
Kepada Budiman Tanuredjo, Airin menceritakan apa yang terjadi di balik pencalonan dirinya menjadi calon gubernur Banten, bagaimana ia sempat tak didukung partainya dan justru maju dengan dukungan partai lain.
Sudah Direncanakan Sejak Awal
Mundur 2-3 tahun ke belakang, Airin mengungkap DPP Partai Golkar memintanya untuk maju sebagai cagub di Banten. Ia pun ditugaskan untuk turun ke masyarakat dan berkeliling demi meningkatkan elektabilitas.
“Karena memang secara survei, saya terkenalnya hanya di Tangerang Selatan saja. Syukur Alhamdulillah secara waktu popularitas juga naik, elektabilitas juga naik,” ujar perempuan kelahiran 28 Agustus 1976 itu.
Namun, pada September 2023 penugasan Golkar untuk Airin berubah dari cagub menjadi caleg DPR RI untuk wilayah Banten III. Ia pun melaksanakan tugas itu dan menuai hasil yang manis.
Airin mendapatkan tiket untuk melenggang ke Senayan dengan perolehan sebanyak 302.878 suara. Perolehan suara Airin termasuk yang tertinggi untuk Pileg 2024.
Namun, posisi anggota dewan itu terpaksa ia tinggalkan karena Golkar kembali memerintahkannya melanjutkan perjuangan maju di Pilkada Banten menjadi calon gubernur.
“Saat itu memang bagian dari penugasan. Di Partai Golkar itu kalau memang ada beberapa yang mau ikut Pilkada Gubernur mereka diwajibkan, ada beberapa ya, untuk ikut kontestasi Pileg. Karena apa, karena untuk ikut Pilkada itu kan persyaratannya adalah hasil dari Pileg 2024,” jelas Airin.
Dengan adanya pengalaman turun ke lapangan dan basis suara yang sudah terbukti di masa pileg, diharapkan dapat menambah jumlah suara yang akan didapat di Pilgub.
Setelah menerima tugas untuk ikut di Pilkada, Airin mendaftarkan diri ke sejumlah partai yang membuka pendaftaran untuk mendapat dukungan tambahan. Dukungan partai lain dibutuhkan, karena suara Golkar kurang dari 20 persen sehingga tidak memenuhi standar threshold dan tidak bisa mengusung calon sendiri.
“Saat itu juga kita komunikasi dengan beberapa partai yang ketemunya akhirnya dengan PDI Perjuangan. Dan di ujung, di akhir-akhir itu saya sempat SK-nya, semuanya sudah keluar, skap-nya untuk pasangan itu (Airin-Ade),” ujar Airin.
PDI Perjuangan adalah satu-satunya partai yang masih mungkin untuk diajak berkoalisi di Banten, karena partai politik lain sudah bergabung mendukung paslon rival.
Namun, Ketua Umum Golkar saat itu, Airlangga Hartarto meminta teman-teman DPP Golkar Banten untuk sabar, karena DPP masih mengurus cagub untuk Jawa Barat dan Jakarta.
Namun, secara tiba-tiba ada Munas yang penyelenggaraannya dipercepat dari jadwal semula. Di sana terjadi perubahan kepemimpinan puncak di Golkar, dari Airlangga Hartarto ke Bahlil Lahadalia.
“Waktu itu disampaikan bahwa ada beberapa hal yang memang kebijakannya di tingkat nasional, sehingga akhirnya diputuskan Golkar tidak akan memberikan rekomendasi atau tidak mengeluarkan B1 C1 KWK (pada Airin-Ade) untuk daftar ke KPU,” sebut dia.
Mendengar keputusan itu, Airin pun menyampaikan kondisi yang ada ke PDI-P. Dan tanpa diduga-duga, Mahkamah Konstitusi pada saat yang hampir bersamaan mengeluarkan putusan yang pada intinya menurunkan ambang batas threshold, sehingga PDI-P dengan kursi yang ada bisa mengusung Airin-Ade tanpa perlu partai lain.
PDI-P pun mengatakan untuk Airin-Ade tetap berjalan walau tanpa Golkar. Hanya saja, Airin masih berharap apa yang disampaikan Airlangga sebelum terjadi Munas, bahwa rekomendasi Partai Golkar akan tetap diberikan kepada mereka.
“Namun di titik tertentu ternyata kami dikasih tahu bahwa sepertinya juga udah final, enggak mungkin dikasihkan lagi ke saya dan juga Pak Haji Ade Untuk C1 KWK-nya,” ujar Airin.
Mendapati kenyataan itu, Airin dan Ade pun meminta izin pada Golkar untuk melakukan deklarasi sebagai cagub-cawagub Banten yang diusung PDI-P. Airin menyebut Golkar mengizinkan, namun tidak memperkenankan mereka menggunankan atribut Partai Golkar.
Sehari setelah deklarasi, Airin datang ke Kantor DPP PDI-P untuk menerima SK secara langsung dari Megawati Sukarno Putri sebagai Ketua Umum.
Entah apa yang terjadi di internal DPP Partai Golkar, rekomendasi yang semula diberikan pada Andra Soni-Dimyati Natakusumah tiba-tiba diberikan pada Airin-Ade. Rekomendasi itu datang di malam hari setelah siangnya Airin mendapat SK dari PDI-P.
“Malamnya saya diberi tahu dan saya bersyukur alhamdulillah rekomendasi akhirnya diberikan. Saya bersyukur alhamdulillah di situ ada perubahan bahwa untuk C1 B1 KWK untuk diserahkan kepada kita,” kisah politisi 48 tahun itu.
Menurutnya, hal itu bisa terjadi lantaran besarnya dukungan yang datang dari internal Golkar untuk dirinya maju di Banten, terutama dari para senior seperti Aburizal Bakrie, Luhut Binsar Pandjaitan, Agung Laksono, Jusuf Kala, dan lain-lain. Airin dinilai memiliki kapasitas yang cukup bahkan lebih dari cukup untuk bisa bertanding di Banten.
“Ada bahasa ‘ini semuanya pada sayang sama Bu Airin, kayaknya harusnya Golkar sama Bu Airin’. Jadi semua pada nelponin saya, support, ‘go ahead’ katanya, ‘with or without Golkar you jalan’, kata-kata senior-senior di Golkar kan seperti itu. Mungkin enggak telepon saya saja gitu kan, terima kasih kepada senior-senior ya mungkin juga telepon Pak Bahlil juga kan,” kisah dia.
Pasca peristiwa itu, Airin mengaku hingga hari ini dukungan dari Partai Beringin untuk dirinya sangat maksimal. Mesin-mesin partai bisa ia rasakan berjalan, tim pemenangan pun bergerak di lapangan.
Airin Didukung Dinasti Politik Banten…
Nama Airin Rachmi Diany kerap dihubung-hubungkan dengan dinasti politik yang bercokol kuat di Banten. Dinasti Ratu Atut Choisiah.
Ratu Atut adalah kader Golkar yang dua kali terpilih menjadi Gubernur Banten, periode 2007-2012 dan 2012-2017. Adik tirinya, Tubagus Haerul Jaman terpilih menjadi Wali Kota Serang. Adik kandungnya, Ratu Tatu Chasanah terpilih menjadi Wakil Bupati Serang. Ibu tirinya, Heryani terpilih sebagai Wakil Bupati Pandeglang. Sementara Airin adalah adik ipar dari Ratu Atut yang dua kali terpilih menjadi Wali Kota Tangerang Selatan.
Meski kerap dikait-kaitkan dengan dinasti ini, Airin mengaku tak terbebani. Ia justru bersyukur.
“Sejak awal terjun saya ke dunia politik, isu politik dinasti itu pasti ada dan saya bersyukur alhamdulillah punya keluarga besar di Banten, karena salah satu yang biasanya berhasil menang itu karena kita keluarga besar. Keluarga besar dalam arti banyak banget keluarga kita yang sudah pasti kalau keluarga kan bisanya milih kita,” ujarnya.
Keberadaan keluarga besarnya yang berada di panggung politik Banten tak dipungkiri Airin memberikan tambahan suara dukungan baginya. Tapi dukungan keluarga yang lain dalam bentuk dukungan moral misalnya, itu juga sangat berarti baginya.
“Jangankan keluarga dinasti besar, keluarga bapak saya saja sudah sepuh hari ini 81 tahun tadi baru masuk rumah sakit, di rumah sakit dia angkat gini (jari 1) sama suster yang lainnya, jangan lupa ya pilih anaknya nomor satu. Aduh saya bilang Abah udah istirahat, orang baru operasi. ‘Enggak, ini ada suster-susternya karena tahu Abah bapaknya Bu Airin jadi langsung foto’,” ungkap Airin.
“Jadi maksud saya ya dukungan moril keluarga di dalam politik dan berdemokrasi itu pasti ada, karena kalau sampai keluarga enggak men-support itu kebayang…” imbuhnya.
Namun, ia menekankan bahwa kemampuan seseorang sebagai pemimpin tidak didasari dari warisan atau dinasti. Semua itu berangkat dari kemampuan, pengetahuan, dan kerasnya tekad orang itu sendiri.
Leave a Reply