“Tangerang Raya kan punya pangsa pasar, daripada misalnya jual ke Karawang di-packing nanti dijual lagi, kenapa enggak dibikin misalnya di situ (Serang) ada food storage atau ada dalam food estate dan yang lainnya untuk bisa dijualnya ke wilayah Tangerang Raya. Sehingga provinsi memfasilitasi kerjasama antar daerah yang ada di Provinsi Banten,”
Mantan Wali Kota Tangerang Selatan 2011-2021 Airin Rachmi Diany saat ini tengah maju dalam Pilkada Banten 2024 menjadi calon gubernur berpasangan dengan Ade Sumardi.
Tahapan kampanye sudah dimulai sejakk 23 September lalu dan akan berakhir pada 25 November mendatang. Memasuki pekan ke-3 masa kampanye, Airin mengaku sudah mendatangi lebih dari 1.500 desa dari 1.552 desa yang ada di seluruh penjuru Banten. Tersisa 49 desa dan kelurahan saja yang belum ia datangi.
Hal itu ia sampaikan saat menjadi bintang tamu dalam siniar Back to BDM yang dipandu oleh Budiman Tanuredjo di kanal YouTube miliknya (10/10/2024).
Dalam setiap kunjungan, Airin mencoba menyapa dan berdialog dengan masyarakat guna menggali apa saja permasalahan yang mereka hadapi.
“Ada (komunikasi) satu arah ada dua arah. Jadi tergantung dari karakter dan wilayahnya masing-masing,” kata Airin.
Lalu, apa rencana yang kader Golkar ini bawa untuk Provinsi Banten jika ia berhasil terpilih menjadi gubernur?
Airin menjabarkan satu per satu gagasan yang ia miliki untuk tiap wilayah dan permasalah yang ada di provinsi paling barat di Pulau Jawa itu.
Seluruh gagasan itu ia kemas dalam sebuah visi “Banten Maju Bersama”.
“Harus ada kebersamaan dalam proses pembangunan, kolaborasi, dan yang pasti jangan lagi ada daerah yang tertinggal, jangan juga ada daerah yang maju sendirian,” ujar dia.
Ia merasa, masih terdapat kesenjangan antara wilayah di bagian selatan seperti Lebak, Pandeglang, dan sekitarnya dengan kawasan Banten di bagian utara seperti Tangerang Raya yang sudah lebih maju dan berkembang.
Untuk kawasan selatan, masalah utama yang ia lihat adalah soal infrastruktur jalan desa yang buruk. Sebagian jalan desa di wilayah Pandeglang dan Lebak masih dalam kondisi rusak.
“Jadi kalau kita bicara soal kesejahteraan, kita bicara soal pendidikan dengan kesehatan, maka yang harus kita selesaikan adalah jalan dulu. Bisa dibayangkan orang mau ke rumah sakit jalannya antar satu desa rusak. Saya naik mobil saja sudah kalau bahasa Sundanya ajruk ajrukan, gimana yang sakit,” kata Airin.
Bagi masyarakat secara umum, kondisi jalan yang rusak juga menjadi beban tersendiri. Selain memakan waktu tempuh yang lebih lama, jalan rusak juga menyebabkan kendaraan masyarakat lebih cepat mengalami kerusakan.
Sebaliknya, jika jalanan mulus maka waktu tempuh akan semakin cepat, kendaraan masyarakat pun akan lebih awet. Jadi, uang yang semula dialokasikan untuk perbaikan kendaraan bisa dipergunakan untuk keperluan lainnya atau bahkan ditabung.
“Itu kan sebenarnya kewenangan kabupaten, tapi ada undang-undang jalan di mana kita yang di atas bisa memberikan bantuan ke tingkat di bawahnya,” sebut Airin.
Selanjutnya, untuk permasalahan yang ada di Tangerang Raya, Airin yang pernah 10 tahun menjabat wali kota di salah satu wilayah itu melihat ada permasalahan berupa kebutuhan pemerintah kabupaten/kota terhadap pemerintah provinsi untuk menangani sejumlah permasalahan.
Ia mencontohkan dua masalah yang pernah ia hadapi, misalnya jalur perlintasan sebidang yang ada di Pasar Jombang, Airin ketika menjadi Wali Kota Tangerang Selatan mengusulkan agar dibuat underpass atau jalan layang, namun hal itu tidak terpenuhi sampai ia purna tugas.
“Karena itu kan kewenangan provinsi, yang menurut saya harusnya itu dijalankan,” sebutnya.
Contoh lain adalah upaya penyelesaian TPA Cipeucang yang tak juga bisa dirampungkan.
“Tangsel itu kan punya uang untuk bayar tipping fee-nya, tapi enggak punya lahan untuk membuang. Itu kan harusnya koordinator pemerintah provinsi,” ungkap Airin.
Rancangan Wilayah
Selain soalan umum seperti infrastruktur jalan dan koordinasi antar tingkat pemerintahan, Airin juga sudah memiliki gambaran tentang pembangunan atau pengembangan wilayah-wilayah di Banten.
Ia mengaku, jika terpilih maka pemerintah provinsi akan mendorong agar tiap kabupaten/kota fokus menonjolkan potensi yang dimiliki. Misalnya, Lebak dan Pandeglang fokus dengan sumber daya alam dan potensi wisata yang dimiliki.
“Di Lebak-Pandeglang itu kan ada potensi sumber daya alam yang luar biasa, ada taman geopark-nya, ada Bayahnya, ada Sawarnanya. Sebetulnya industri pariwisatanya luar biasa baik, cuma orang cenderung jarang pergi ke sana,” sebut Airin.
Begitu juga dengan kawasan wisata Anyer dan Carita di Serang. Keduanya terkenal, namun jarang wisatawan. Jika pun ada paling hanya ke pantai saja.
Airin memiliki ide untuk mencontoh pariwisata di Bali, di mana mereka menggabungkan beberapa destinasi wisata menjadi satu paket. Sehingga orang datang ke Banten bisa ke beberapa destinasi wisata sekaligus.
Selain itu, Airin juga telah memikirkan rencana untuk wilayah Cilegon. Cilegon adalah satu wilayah di utara Banten yang banyak terdapat pabrik-pabrik atau jenis usaha padat modal yang besar. Itu bisa membuka lapangan kerja yang banyak. Namun, banyak masyarakat di sekitarnya yang tidak dipekerjakan di pabrik-pabrik tersebut.
“Bagaimana kita harus mendorong masyarakat punya skill dan kemampuan. Contoh, ada politeknik tentang kimia, ada sekolah vokasi, ada Balai Latihan Kerja. Masyarakat disiapkan,” kata Airin.
Selanjutnya, untuk Kabupaten Serang ia melihat wilayah itu memiliki lahan sawah yang luas, hingga ke Pandeglang. Potensi itu menurutnya bisa dioptimalkan dengan melakukan hilirisasi pertanian dan perkebunan.
“Tangerang Raya kan punya pangsa pasar, daripada misalnya jual ke Karawang di-packing nanti dijual lagi, kenapa enggak dibikin misalnya di situ ada food storage atau ada dalam food estate dan yang lainnya untuk bisa dijualnya ke wilayah Tangerang Raya. Sehingga provinsi memfasilitasi kerjasama antar daerah yang ada di Provinsi Banten,” jelas Airin.
Terakhir untuk Tangerang Raya, masalah utama yang akan ia fokus selesaikan adalah soa kemacetan dan banjir. Dalam kapasitasnya sebagai wali kota, Airin sudah mencoba meninggikan jembatan dan mengeruk aliran sungai. Namun upayanya belum bisa optimal.
“Tapi sepanjang kota Tangerang yang masih dicekek, dia balik lagi kan banjir. Maka perlunya komunikasi antara wali kota Tangerang, wali kota Tangerang Selatan, pemerintah Kabupaten Tangerang untuk bagaimana air itu bisa mengalir sampai dengan ke laut,” pungkas Airin.
Leave a Reply