“Kalau itu terjadi, kemampuan Israel akan tertarik sangat luar biasa luas dan itu akan menjadi awal kehancurannya. Saya percaya itu, saya yakin itu…,”
Konflik antara Israel dan Hamas di Gaza Palestina tak kunjung mereda meski berlangsung sudah setahun lamanya. Tak hanya melibatkan dua negara, Israel kini juga sudah terlibat saling serang dengan negara-negara lain di Timur Tengah yang lainnya, seperti Suriah, Iran, Yaman, dan Lebanon.”Konflik antara Israel dan Hamas di Gaza Palestina tak kunjung mereda meski berlangsung sudah setahun lamanya. Tak hanya melibatkan dua negara, Israel kini juga sudah terlibat saling serang dengan negara-negara lain di Timur Tengah yang lainnya, seperti Suriah, Iran, Yaman, dan Lebanon.
Negara lain juga turut terlibat dalam perang ini, meski tidak secara langsung. Misalnya Amerika Serikat yang rutin mendukung suplai logistik bagi kebutuhan militer Israel.
Mungkinkah negara besar lain juga akan turut terlibat dalam konflik yang sudah memakan puluhan ribu korban jiwa ini? Akankah eskalasi konflik di Timur Tengah yang kian memanas akan memantik lahirnya Perang Dunia ke-III?
Direktur Jenderal Asia-Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Abdul Kadir Jailani tidak mau berspekulasi terlalu jauh. Yang jelas, ia menduga ini akan memicu konflik yang semakin meluas, tapi ia tidak bisa langsung menyebutnya sebagai Perang Dunia ke-IIi.
“Skalanya bisa bermacam-macam, mungkin di tingkat regional, bahkan mungkin lebih luas lagi dapat saja terjadi apabila eskalasi dapat terus berlangsung,” kata Jailani yang hadir sebagai salah satu narasumber Satu Meja The Forum (9/10/2024) yang mengangkat tema “Israel Makin Merajalela, Indonesia Bisa Apa?”.
Ia menjelaskan, beberapa waktu terakhir ini Israel menerapkan escalation dominant strategy yang bertujuan membuat pihak musuh akan mengurangi tindakannya penyerangan, meski kenyataan di lapangan bisa saja berbeda 180 derajat. Perbedaan ekspektasi dan realita ini disebabkan oleh miskalkulasi.
Dina Sulaeman, Pakar Timur Tengah yang juga menjadi narasumber di acara yang sama menyebut meluas atau tidaknya konflik yang saat ini terjadi akan tergangtung pada Israel.
“Perkiraan perang akan meluas itu kuncinya sebenarnya sekarang ada di Israel. Seandainya Israel melakukan serangan ke Iran dan Iran kemudian melakukan langkah-langkah yang sudah dia persiapkan, apa itu memblokade Selat Hormuz dan kemudian menyerang aset-aset Amerika Serikat di Timur Tengah, kita tahu pangkalan militer Amerika Serikat ada di beberapa Negara Teluk,” ungkap Dina.
Jika itu terjadi, maka konflik ini akan menyebabkan dampak yang sangat luas. Dampak juga akan dirasakan oleh Indonesia. Jika Selat Hormuz diblokade, maka suplai minyak dunia akan sedikit terhambat, karena 20 persen di antaranya disalurkan melalui jalur itu.
“Kita orang Indonesia juga akan kena, kenapa karena kita net importir minyak,” ujar Dina.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menawarkan opsi-opsi yang lebih beragam terkait kelanjutan konflik Israel dan negara-negara di Timur Tengah. Setidaknya, ada 4 skenario yang menurutnya mungkin terjadi.
Pertama adalah Israel menang melawan Hamas, Hezbollah, Houthi, dan Iran. Menang artinya Israel berhasil membebaskan sandra, menghilangkan anasir Hamas, dan menjadikan Gaza seperti Tepi Barat.
Kedua, Palestina menang karena kekompakan fraksi Fatah dan Hamas.
“Yang ketiga ini Amerika Serikat bersedia menjewer atau tidak Israel, karena saya melihat yang punya kunci untuk menghentikan perang ini ada dua: Amerika Serikat dan Israel sendiri,” kata Prof. Hikmahanto.
Yang keempat, jika masyarakat internasional berhasil menggalang koalisi kemanusiaan dan menyerukan perdamaian, menghentikan serangannya.
Kemungkinan Perang Dunia ke-III ada pada opsi ketiga, bagaimana Amerika Serikat sebagai penyokong utama Israel akan bersikap. Saat ini, Amerika Serikat dengan Presiden Joe Biden cenderung tidak menginginkan terjadinya perang dunia.
Jika Kemala Harris yang akan terpilih sebagai pengganti Biden, maka kurang lebih langkah yang diambil Amerika Serikat tidak jauh berbeda dari hari ini. Namun, jika yang terpilih adalah Donald Trump, maka bisa saja Israel akan menyerang Iran atas perintah AS.
“Itu akan mengeskalasi perang. Justru jadi kuncinya di Amerika Serikat. Yang kedua kuncinya di Israel, karena saya sudah melihat bahwa perang ini bukan perang rakyat Israel melawan Palestina, karena di dalam negeri mereka juga berkonflik, berbeda pendapat, berargumentasi, tapi ini kan gara-gara Netanyahu,” ungkap Hikmahanto.
Menurutnya, Netanyahu menjadikan tindakan AS menjatuhkan bom atom di Nagasaki dan Hiroshima sebagai preseden bahwa mereka juga boleh melakukan hal serupa kepada Palestina.
Masih soal kemungkinan Perang Dunia ke-III, Anggota DPR 2019-2024 Fraksi PKS, Sukamta menyebutnya sebagai skenario terburuk dari konflik yang hari ini kian memanas.
Namun, jika PD III benar-benar meletus, Sukamta meyakini itu akan menjadi akhir dari Israel.
“Saya percaya itu, kenapa Israel dalam kondisi yang stabil Timur Tengah itu bisa memukul kelompok-kelompok yang menjadi pengganggunya dengan aman. Tapi kalau terjadi eskalasi yang besar, Israel belum teruji ketahanan militernya, politiknya, ekonominya mengatasi eskalasi yang besar konflik di Timur Tengah,” jelas Kamto.
“Kalau itu terjadi, kemampuan Israel akan tertarik sangat luar biasa luas dan itu akan menjadi awal kehancurannya. Saya percaya itu, saya yakin itu. Sehingga dugaan saya Amerika akan mencari cara dengan segala cara untuk melakukan deeskalasi sehingga Perang Dunia ke-III itu tidak akan terjadi, kecuali ada orang-orang gila yang akan memicunya dengan senang hati, dengan happy,” lanjutnya.
Leave a Reply