“…Jadi kalau saya misalnya nanti diperkenankan Tuhan, rakyat memilih, dan akhirnya ke sana (menjadi gubernur), itu saya pasti akan menjahit banyak potensi orang NTT yang selama ini tercecer dan tidak tidak terkoneksi…”
Melki Laka Lena
Melki Laka Lena, politisi dari Partai Golkar kelahiran Kupang, 10 Desember 1976 ini tengah direkomendasikan oleh partainya untuk maju di Pemilihan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) di tahun 2024 .
Saat ini, Melki merupakan seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) periode 2019-2024 dan menempati posisi sebagai Wakil Ketua Komisi IX DPR. Pada Pemilihan legislatif April kemarin, ja juga kembali mendapat kepercayaan untuk menjadi anggota dewan periode 5 tahun ke depan.
Di tengah karier politiknya di Senayan itu, Melki mengaku mendapat penugasan baru dari partainya untuk maju sebagai calon gubernur di Pilgub NTT yang akan datang.
Bersama Budiman Tanuredjo di program Back to BDM, Melki membagikan isi pikirannya, bagaimana cara ia melihat kondisi dan masalah yang ada di NTT, dan apa yang akan ia lakukan untuk membenahinya.
Melki menyebut tawaran untuk maju di pemilihan eksekutif NTT sudah disampaikan kepadanya sejak 2 tahun yang lalu. Tepatnya sejak diselenggarakannya rapat pimpinan daerah Partai Golkar NTT.
“Waktu itu memang sudah diputuskan saya disuruh maju jadi Gubernur NTT, kemudian calon tunggal pula kan, enggak ada nama lain. Dan memang kemudian saya minta untuk itu diredam dulu, karena saya memang lagi fokus untuk maju caleg. Nah, habis caleg selesai terpilih DPR RI lagi, kemudian beberapa kali Pak Airlangga Sampaikan ke saya, ‘Mel kamu ke NTT ya maju gubernur’. Karena ini disampaikan beberapa kali, bukan cuma dua-tiga kali, tapi sudah sering kali, terakhir pada saat itu saya dampingi Pak Erlangga ada pertemuan alumni Kanisius, waktu pulang itu masih diingatin lagi ‘Mel pokoknya ingat ya, saya sudah minta kamu segera masuk dan mendaftar jangan lagi belum menentukan hati’,” ungkap Melki menirukan apa yang disampaikan Airlangga Hartarto, Ketua DPP Partai Golkar.
Setelah mendapat rekomendasi itu, Melki pun langsung menindaklanjutinya dengan menghubungi partai-partai politik lain, seperti PAN, Demokrat, PKB, dan PSI untuk menjalin kerja sama menambah dukungan.
Berdasarkan aturan Komisi Pemilihan Umum (KPU), untuk bisa mendaftar sebagai calon gubernur ini, Melki harus mundur dari posisinya sebagai anggota DPR RI 2024-2029.
“Kalau dari Aturan itu penetapan KPU 22 September dan paling lama 5 hari setelah itu ada surat pengunduran diri resmi masuk KPU. Nah itu baru kita dianggap sah dan tidak punya masalah sebagai calon. Berarti saya paling lama itu tanggal 27 sudah masukin surat pengunduran diri,” ujar Melki.
Meski mengatakan ini adalah tugas partai yang harus ia jalankan, namun menjadi gubernur sebenarnya tidak menjadi prioritas Melki. Ia mengaku lebih nyaman untuk menjadi legislatif di Senayan, karena cakupan tanggung jawab kelembagaannya ditanggung bersama dengan anggota yang lain. Berbeda dengan eksekutif, gubernur, yang tanggung jawabnya bersifat personal si pemimpin dan masyarakatnya.
“Kalau gubernur itu kan pasti dia penanggung jawab tunggal di provinsi itu dan itu pasti akan membuat semua kenyamanan itu harus dia tinggalkan, dia mesti berjibaku dengan kondisi lapangan yang tentu kondisi lokal berbeda ya,” ujarnya.
Sejauh ini, belum ada nama pasti yang disebut akan mendampjngi Melki di Pilgub NTT. Namun beberapa nama sudah beredar, menunggu keputusan bersama para pimpinan partai-partai politik koalisi.
Jika jadi gubernur NTT…
Sebagai putera asli NTT, Melki melihat salah satu tantangan di provinsi itu adalah soal sumber daya manusia (SDM).
SDM disebut sudah baik namun mereka kurang kompak dan sulit untuk menyatukannya. Banyak tokoh, kelompok, atau orang besar yang menonjol dari NTT, namun mereka berjalan sendiri-sendiri.
Selain itu, kondisi alam provinsi NTT yang terdiri dari pulau-pulau, juga menjadi tantangan tersendiri.
Dua kondisi ini yang dianggap Melki menjadikan NTT belum maju, atau kemajuannya tidak sepesat provinsi-provinsi yang ada di Pulau Jawa.
“Jadi kalau saya misalnya nanti diperkenankan Tuhan, rakyat memilih, dan akhirnya ke sana (menjadi gubernur), itu saya pasti akan menjahit banyak potensi orang NTT yang selama ini tercecer dan tidak tidak terkoneksi itu,” ujar Melki.
Pada Pilgub NTT sebelumnya, tepatnya tahun 2013, Melki sesungguhnya sudah pernah terlibat. Saat itu, ia maju sebagai calon wakil gubernur pada usia 35 tahun.
Pada kesempatan itu, ia sudah berbicara kepada pasangannya, untuk mengurus diaspora-diaspora NTT.
“Itu sudah komitmen saya, karena menurut saya diaspora NTT itu kekuatan yang unlimited sebenarnya tapi tidak dijahit, (diaspoda) dalam negerinya banyak, apalagi luar negeri. Kalau dilihat, yang di luar negeri itu kan terutama jaringan pastor pendeta tuh banyak banget dan rata-rata di luar itu mereka ada di tempat-tempat yang strategis. Kalau dijahit benar, itu akses sumber daya ekonomi, akses pendidikan dan macam-macam yang positif itu bisa kita bawa ke NTT. Nah, sayangnya itu kan dia dilepas begitu saja,” ungkap Melki.
Selain diaspora, NTT juga memiliki sejumlah tokoh menonjol yang ada di kancah perpolitikan nasional. Sebut saja, Melchias Mekeng di Golkar, Herman Hery di PDI Perjuanfan, Benny Harman di Demokrat, dan Victor Laiskodat di Nasdem.
Keempat nama itulah yang disebutkan Melkj saat berbicara soal tokoh politik nasional saat inj yang berasal darj NTT. Ditambah dengan Sufmi Dasco Ahmad dari Gerindra, yang meski bukan berasal dari NTT, namun Dasco dianggap punya hati untuk provinsi tersebut.
“Jadi berempat ini plus Bank Dasco itu menurut saya kalau mereka bisa kita komunikasi dengan baik, kebetulan saya dekat sama semuanya atau bisa komunikasi semuanya, rasanya kita bisa banyak pemangunan ke NTT,” ujar dia.
Belum lagj tokoh-tokoh hebat lain dengan kekuatannya masing-masing. Ia mengaku bersedia memberi ruang bagi putera puteri terbaik NTT yang tersebar dj berbagai daerah atau negara, untuk pulang dan memberikan kontribusi terbaik di tanah kelahirannya.
“Siapa saja yang ingin memberi memberi kontribusi bagi NTT kita coba jahit dengan baik lah. Akhirnya akan dipanggil pulang semua, jadi NTT manggil tokoh-tokoh intelektual untuk sama-sama membangun NTT ke depan. Intelektual, pengusaha, siapapun yang punya kelebihan. Orang-orang rantau itu kan yang selalu dia inginkan adalah memberi atau berkontribusi bagi daerah asalnya, tetapi karena tidak dapat ruang itu dia bantu keluarga dekatnya doang atau teman-teman dekatnya,” ujar Melki.
Seberapa pun kontribusi bantuan yang bisa diberikan, semua sumbangsih putra daerah dinilai akan sanvat berarti dan berdampak.
Selain menyatukan kekuatan para diasporan dan tokoh, Melki menyebut mengalirkan dana APBN juga swasta untuk NTT juga bisa membantu provinsi itu berkembang dengan lebih cepat.
Salah satu yang disebutkan Melkj adalah membangun pabrik untuk mengolah porang, salah satu jenis tanaman berumbi yang sumbernya banyak terdapar di daerah Manggarai, Flores.
Jadi, kalau dana APBN dan sektor swasta dimaksimalkan ke NTT sesuai dengan kebutuhan di sana, menurut Melki bisa mendorong NTT bergerak lebih cepat.
Jika terpilih, Melki mengatakan akan memulai kerjanya dengam membereskan permasalahan-permasalahan dasar yang ada di masyarakat NTT.
“Kira-kira sih kalau saya apa kebayang, yang dasarnya kita beresin dulu ya. Untuk kebutuhan kesehatannya, kemudian pendidikannya, kita benerin betul soal pendidikan, kemudian juga aspek ekonominya juga kita gerakkan agar potensi ekonomi bisa bergerak dengan maksimal di sana. Dan juga tentu soal jalan, air, listriknya ya,” papar Melki.
Persoalan air dan listrik memang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah NTT, di sejumlah daerah, listrik dan air masih sulit untuk diakses. Kalaupun bisa, akses masih terbatas.
Dan satu yang bisa menggerakkan semua ketertinggalan itu adalah birokrasi. Melki berkeinginan membuat birokrasi menjadi lebih profesional, proaktif, melayani, dan bersih.
“Itu menjadi concern juga, misalnya ya NTT juga dikenal sebagai daerah yang persoalan korupsinya tinggil ah gitu. Saya juga pasti akan mengajak teman-teman dari aktivis, pegiat korupsi, teman-teman ICW, dan sebagain itu kita duduk coba kita pikir bagaimana cara kita ngatur korupsi ini bisa ditekan seminimal mungkin,” kata Melki.
Hal lain yang akan ia lakukan adalah membenahi wilayah gelap di bidang pengadaan-pengadaan barang dan jasa agar menjadi lebih terang.
Keuntungan-keuntungan pengusaha pun digeser ke tengah agar bisa digunakan untuk dana sosial, membantu masyarakat bawah untuk memenuhi urusan-urusan dasar-dasar sebagaimana disebutkan sebelumnya.
Melihat peta politik yang ada, Melki membaca kemungkinan Pilgub NTT akan diikuti oleh 2 atau 3 pasang calon. Hanya 2 pasangan, apabila seluruh partai politik Koalisi Indonesia Maju bergabung, termasuk dengan PKB. Akan tetapi, jika Gerindra mengajukan paslonnya tersendiri bersama Nasdem, maka akan ada 3 calon paslon, satu yang lain diusung oleh PDI Perjuangan.
Leave a Reply