Merumuskan Mimpi tentang Indonesia

Buku “Mimpi tentang Indonesia” (2023) adalah kumpulan hasil wawancara 21 orang di kanal YouTube “Backtobdm”. Wawancara yang dialihwujudkan dari podcast menjadi buku adalah upaya menggali mimpi anak bangsa khususnya untuk menyambut 100 tahun Republik pada 17 Agustus 2045. Buku ini diterbitkan Penerbit Buku Kompas.

“Backtobdm” telah mewawancarai lebih dari seratus orang dan telah dirilis di kanal Youtube dengan empat pertanyaan standar dan seragam. Pertama, mimpi tentang Indonesia, kedua negara idaman, ketiga pemimpin nasional/dunia idola, dan keempat masalah hakiki kebangsaan.

Ternyata tidak mudah merumuskan mimpi tentang Indonesia. Rata-rata mimpi lebih bersifat doktriner, misalnya soal mimpi yang tertera dalam pembukaan UUD 1945 atau yang lebih sloganistik seperti ungkapan negara tata tentrem kerta raharja. Begitu halnya ketika ditanya negara yang diidamkan. Rata-rata aktivis menyebut nama negara Skandinavia.

Buku Mimpi Indonesia edisi pertama ini menampilkan mimpi Sukidi Mulyadi, PhD, seorang cendekiawan berlatar belakang Muhammadiyah dan lulusan Harvard University. Dengan latar belakang intelektual Sukidi merumuskan mimpinya tentang Indonesia, impian tentang kemajemukan, impian tentang ketuhanan, impian gotong royong, impian kebebasan, impian kemanusiaan, impian persatuan, impian keadilan, impian keseteraan, impian kesejahteraan, dan impian tentang demokrasi.

Dalam buku itu bisa ditemukan pandangan Sukidi Mulyadi, Budiman Sudjatmiko, Ganjar Pranowo, Hendrawan Supraktikno, Mochtar Pabottingi, Ridwal Kamil, Rimawan Pradiptyo, Sulistyowati Irianto, Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi, Ahmad Basarah, Bambang Soesatyo, Benny K Harman, Bimra Arya Soegiarto, Djohermansyah Djohan, Fahri Hamzah, Grace Natalie, Sudirman Said, Bivitri Susanti, Luhut MP Pangaribuan, Otto Hasibuan, dan Todung Mulya Lubis.

Sukidi Mulyadi (Pemikir Kebhinekaan), Glory Oyong (Direktur Corpotate Communication KG), dan BDM saat peluncuran buku Mimpi tentang Indonesia di Bentara Budaya Jakarta, tahun 2023.

Selain merumuskan mimpi tentang Indonesia, wawancara ini juga merumuskan kelemahan bangsa ini. Pertama kultur feodal yang masih hidup. Kedua, hipokrit dan kemunafikan. Bahkan, kepura-puraan itu dibiayai oleh negara. Ketiga, lebih suka melihat perbedaan dan kerap ribut sendiri. Keempat, pola komunikasi masyarakat dalam kondisi low trust society. Kelima, korupsi, kolusi dan nepotisme makin menggejala. Keenam, karakter lemah. Ketujuh, kapitalisme membuat orang kian serakah dan akibatnya kehancuran lingkungan. Kedelepan, pendidikan tanpa value dan karakter. Kesembilan, sistem politik tanpa meritokrasi dan kesepuluh masyarakat sipil yang tertidur.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *